Wednesday, November 6, 2013

Profil Band Slipknot

 



Band Cadas Bertopeng: Slipknot!!

Aliran yang diusung SLIPKNOT antara lain: Alternative Metal, Neo-shock rock, rap Metal, tapi saya lebih suka mengolongkanya sebagai Nu Metal (dengan definisi yang berbeda dari LP pastinya).
Mereka identik dengan atraksi panggung yang heboh, penuh energi (juga kebencian), serta topeng helloween serta menambahkan semacam "mysterious anatomity" dan nama alias dalam identitas mereka. Penggunaan nomor 0-8juga disertakan di kostum khusus mereka.

SLIPKNOT terbentuk pada akhir 1995 di sekitar Des Moines, IA.penasaran sama nama asli mereka??hehe.. ini yang penting!!no urut beserta nama asli mereka:

0- DJ: Sid Wilson
1-drummer: Joey Jordison
2-bassist: Paul Grey
3-percussionist: Chris Fehn
4-guitarist: James Root
5-sampler/programmer: Craig Jones
6-percussionist: Shawn "Clown" Crahan
7-guitarist: Mick Thompson
8-vocalis: Corey Taylor.

band yang mengusung ambisi akan ke-tidakpercayaan ini meluncurkan album tepat pada Halloween 1996 yang berjudul: Mate. Feed. Kill. Repeat. album ini didistribusikan oleh Nebraska-based -ismist label dan mendapatkan prerhatian dari RoadRunner records yang pada akhirnya mengontrak mereka pada tahun 1997. Diproduseri pleh Ross Robinson,1999 keluar lagi album mereka yang berjudul SLIPKNOT. Pada saat Summer Ozzfest Package tour, penampilan panggung mereka mulai banyak dibicarakan oleh para metal-fans.Pada penghujung tahun 2000,Slipknot yang dikenal orang dari tour dan "mulut ke mulut" menorehkan prestasi tersendiri bago Roadrunners:platinum.

Mulai dikenal banyak banyak orang, media memprediksikan kalau album terbaru mere akan menduduki nomor 1 di awal penjualanya, tapi persaingan yang ketat di minggu itu membuat album IOWA yang diliris tahun 2001 "hanya" menduduki peringkat 3.

Setelah toyr album baru yang melelahkan, mereka mamutuskan untuk beristirahat sejenak dan memperisapkan label mereka sendiri alias: INDIE yang bernama Maggots Recording dan mengangkat band yang bernama "Downthesun" (ntar aku cariin artikelnya lagi).

Saat istirahat sejenak tadi mereka juga punya side job lho!! nih dia:-Sid Wilson menjadi Dj solo yang ber nick-name DJ star scream

-Root dan Mike Thompson,keduanya bekerja pada solo material
-Joey punya sideband yang bernama The Rejects
-sementara Corey juga punya sideband yang bernama Superego yang sukses menyumbangkan lagu "Bother" menjadi OST Blockbuster MoVie:Spiderman.

Para personil ini pernah mendapatkan kabar gembira dari Inggris dengan ditemukanya Website yang juga bernama "SLIPKNOT" yang dibanjiri email-email kasar.

Di awal 2003,bersama Rick Rubin muncul kepermmukaan:Pulse Of The Maggots!! didalam album ke tiga mereka: vol3:[subliminal Verses].Kedahsyatan Slipknot sama sekali nggak berkurang,simak saja Duality,SIC,Sulfur dll
 


Continue reading Profil Band Slipknot

Wednesday, September 4, 2013

Peter Says Denim

PETER SAYS DENIM , dari Bandung "menjelajah" Dunia

 
Sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah atas, Peter Firmansyah terbiasa mengubek-ubek tumpukan baju di pedagang kaki lima. Kini, ia adalah pemilik usaha yang memproduksi busana yang sudah diekspor ke beberapa negara.

Tak butuh waktu relatif lama. Semua itu mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.

Sejumlah kelompok musik itu seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan pujiannya dalam situs Petersaysdenim.

Pada situs-situs internet kelompok musik itu, label Petersaysdenim juga tercantum sebagai sponsor. Petersaysdenim pun bersanding dengan merek-merek kelas dunia yang menjadi sponsor, seperti Gibson, Fender, Peavey, dan Macbeth.

Peter memasang harga jins mulai Rp 385.000, topi mulai Rp 200.000, tas mulai Rp 235.000, dan kaus mulai Rp 200.000. Hasrat Peter terhadap busana bermutu tumbuh saat ia masih SMA. Peter yang lalu menjadi pegawai toko pada tahun 2003 kenal dengan banyak konsumennya dari kalangan berada dan sering kumpul-kumpul. Ia kerap melihat teman-temannya mengenakan busana mahal.

”Saya hanya bisa menahan keinginan punya baju bagus. Mereka juga sering ke kelab, mabuk, dan ngebut pakai mobil, tapi saya tidak ikutan. Lagi pula, duit dari mana,” ujarnya.

Peter melihat, mereka tampak bangga, bahkan sombong dengan baju, celana, dan sepatu yang mereka dipakai. Harga celana jins saja, misalnya, bisa Rp 3 juta. ”Perasaan bangga seperti itulah yang ingin saya munculkan kalau konsumen mengenakan busana produk saya,” ujarnya.

Peter kecil akrab dengan kemiskinan. Sewaktu masih kanak-kanak, perusahaan tempat ayahnya bekerja bangkrut sehingga ayahnya harus bekerja serabutan. Peter pun mengalami masa suram. Orangtuanya harus berutang untuk membeli makanan.

Pernah mereka tak mampu membeli beras sehingga keluarga Peter hanya bergantung pada belas kasihan kerabatnya. ”Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Saya masih duduk di bangku SMP Al Ma’soem, Kabupaten Bandung,” kata Peter.

Sewaktu masih SMA, Peter terbiasa pergi ke kawasan perdagangan pakaian di Cibadak, yang oleh warga Bandung di pelesetkan sebagai Cimol alias Cibadak Mall, Bandung. Di kawasan itu dia berupaya mendapatkan produk bermerek, tetapi murah. Cimol saat ini sudah tidak ada lagi. Dulu terkenal sebagai tempat menjajakan busana yang dijual dalam tumpukan.

Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Widyatama, Bandung. Namun, biaya masuk perguruan tinggi dirasakan sangat berat, hingga Rp 5 juta. Uang itu pemberian kakeknya sebelum wafat. Tetapi, tak sampai sebulan Peter memutuskan keluar karena kekurangan biaya. Ia berselisih dengan orangtuanya—perselisihan yang sempat disesali Peter—karena sudah menghabiskan biaya besar.

Mulai dari nol

Ia benar-benar memulai usahanya dari nol. Pendapatan selama menjadi pegawai toko disisihkan untuk mengumpulkan modal. Di sela-sela pekerjaannya, ia juga mengerjakan pesanan membuat busana. Dalam sebulan, Peter rata-rata membuat 100 potong jaket, sweter, atau kaus. Keuntungan yang diperoleh antara Rp 10.000- Rp 20.000 per potong.

”Gaji saya hanya sekitar Rp 1 juta per bulan, tetapi hasil dari pekerjaan sampingan bisa mencapai Rp 2 juta, he-he-he…,” kata Peter. Penghasilan sampingan itu ia dapatkan selama dua tahun waktu menjadi pegawai toko hingga 2005.

Pengalaman pahit juga pernah dialami Peter. Pada tahun 2008, misalnya, ia pernah ditipu temannya sendiri yang menyanggupi mengerjakan pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan, sementara uang muka Rp 7 juta dibawa kabur. Pada 2007, Peter juga mengerjakan pesanan jins senilai Rp 30 juta, tetapi pemesan menolak membayar dengan alasan jins itu tak sesuai keinginannya.

”Akhirnya saya terpaksa nombok. Jins dijual murah daripada tidak jadi apa-apa. Tetapi, saya berusaha untuk tidak patah semangat,” ujarnya.

Belajar menjahit, memotong, dan membuat desain juga dilakukan sendiri. Sewaktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Peter juga sempat belajar menyablon. Ia berprinsip, siapa pun yang tahu cara membuat pakaian bisa dijadikan guru.

”Saya banyak belajar sejak lima tahun lalu saat sering keliling ke toko, pabrik, atau penjahit,” katanya. Ia juga banyak bertanya cara mengirim produk ke luar negeri. Proses ekspor dipelajari sendiri dengan bertanya ke agen-agen pengiriman paket.

Sejak 2007, Peter sudah sanggup membiayai pendidikan tiga adiknya. Seorang di antaranya sudah lulus dari perguruan tinggi dan bekerja. Peter bertekad mendorong dua adiknya yang lain untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana. Ia, bahkan, bisa membelikan mobil untuk orangtuanya dan merenovasi rumah mereka di Jalan Padasuka, Bandung.

”Kerja keras dan doa orangtua, kedua faktor itulah yang mendorong saya bisa sukses. Saya memang ingin membuat senang orangtua,” katanya. Jika dananya sudah mencukupi, ia ingin orangtuanya juga bisa menunaikan ibadah haji.

Meski kuliahnya tak rampung, Peter kini sering mengisi seminar-seminar di kampus. Ia ingin memberikan semangat kepada mereka yang berniat membuka usaha. ”Mau anak kuli, buruh, atau petani, kalau punya keinginan dan bekerja keras, pasti ada jalan seperti saya menjalankan usaha ini,” ujarnya.

Merek Petersaysdenim berasal dari Peter Says Sorry, nama kelompok musik. Posisi Peter dalam kelompok musik itu sebagai vokalis. ”Saya sebenarnya bingung mencari nama. Ya, sudah karena saya menjual produk denim, nama mereknya jadi Petersaysdenim,” ujarnya tertawa.

Peter memanfaatkan fungsi jejaring sosial di internet, seperti Facebook, Twitter, dan surat elektronik untuk promosi dan berkomunikasi dengan pengguna Petersaysdenim. ”Juli nanti saya rencana mau ke Kanada untuk bisnis. Teman-teman musisi di sana mau ketemu,” katanya.

Akan tetapi, ajakan bertemu itu baru dipenuhi jika urusan bisnis selesai. Ajakan itu juga bukan main-main karena Peter diperbolehkan ikut berkeliling tur dengan bus khusus mereka. Personel kelompok musik lainnya menuturkan, jika sempat berkunjung ke Indonesia ia sangat ingin bertemu Peter. Ia melebarkan sayap bisnis untuk memperlihatkan eksistensi Petersaysdenim terhadap konsumen asing.

”Pokoknya, saya mau ’menjajah’ negara-negara lain. Saya ingin tunjukkan bahwa Indonesia, khususnya Bandung, punya produk berkualitas,” ujarnya.



sumber : KOMPAS
Continue reading Peter Says Denim